Suatu ketika seorang kenalan korban perkosaan yang khawatir terjangkit HIV sedang berbelanja dengan saya. Beliau membeli jus mengkudu berbotol-botol. Karena heran, saya tanya, "Buanyak amat belinya. Emang yakin ampuh?"
"Katanya sih gitu."
"Kata siapa?" saya mencecar.
"Kata internet." pungkasnya.
Penasaran, sepulang dari mall saya langsung cek dunia maya. Berbagai kata kunci pencarian saya coba, dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Tidak hanya mengkudu, herbal lain juga saya cari. Luar biasa. Sekilas percaya, hampir semua tanaman di dunia ini bisa dipakai untuk pengobatan HIV.
Tapi saya lebih tertarik dengan link ini yang berisi Klaim-Klaim Palsu Pengobatan HIV. Ternyata mengkudu cuma salah satu dari sekian herbal yang baru terbukti tidak bisa mengobati HIV. Lalu siapakah otak di balik klaim palsu tersebut?
Bisnis, tentunya. Teman-teman pembaca, silakan google "Tahitian mengkudu HIV". Betapa banyak situs penjual jus mengkudu yang mengklaim hanya dengan produknya-lah penderita HIV bisa sembuh.
Insting kepo saya b-e-r-l-a-n-j-u-t.
HIV, yang kita ketahui, ialah virus yang berasal dari Afrika dan ditularkan pertama kali melalui primata/monyet. Mayoritas orang cukup puas dengan informasi ini dan menganggapnya fakta.
Padahal kalau ditelusuri lebih jauh, banyak kebohongan tentang HIV yang dilatarbelakangi bisnis dan .... genosida. Dua-duanya merugikan korban. Tapi yang paling keji kebohongannya adalah BISNIS. Bisnis HIV, begitulah saya menamainya, menguntungkan beberapa pihak di beberapa tingkatan. Tingkatan apa maksudnya?
Gempar kebohongan HIV bermula dari awal penemuannya atau 'penciptaan'nya. Pengobatan modern untuk HIV. Beragam tes HIV yang meragukan. Stigma sosial yang direncanakan. Ciri virus tersebut yang dikhususkan mengjangkiti target ras tertentu. Dan lain-lain.
Sumber:
[1] http://www.thebody.com/index/treat/fraud.html?ic=sabottom#scams
[2] http://www.thebody.com/content/art32625.html